Alkisah pada suatu malam, Amirul
Mukminin Umar bin Abdul Aziz berada di ruang kerjanya. Kamarnya terlihat
terang. Saat itu ia sedang memeriksa administrasi kenegaraan. Tiba-tiba datanglah
seorang tamu.
Sebagai seorang kepala Negara
yang bijak, ia menerima tamu tersebut dengan baik. Kemudian ditanyakan
keperluannya.
“Kalau boleh tahu, ada
kepentingan apakah anda dating kemari? Apakah ada kaitannya dengan Negara atau
murni urusan pribadi?”
“Oh, kedatangan saya tidak ada
hubungannya dengan urusannya Negara. Saya datang untuk kepentingan pribadi,
“Jawabnya polos
Segera Amirul Mukminin mematikan
lampu ruang kerjanya. Tentu saja, ruangan itu gelap seketika. Sang tamu
terkaget-kaget melihat tindakan Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, kenapa
lampunya engkau padamkan? Bukankah ruangan ini menjadi gelap? Tidak enak kalau
kita berbincang-bincang dengan kondisi gelap seperti ini.”
“Perbincangan kita tidak ada
sangkut pautnya dengan urusan Negara, tetapi kepentingan pribadi. Karenanya,
tidak halal bagiku menggunakan fasilitas Negara untuk
kepentingan pribadi. Minyak lampu ini berasal dari uang rakyat dan harus
digunakan untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi”
Sang tamu pun manggut-manggut. Ia
kagum dengan perilaku khalifah yang teguh menjaga diri dan hartanya dari
perkara syubhat dan haram. Perkara berat akan menjadi beban berat bagi
pelakunya di akhirat kelak. (Akhlak Hubungan Vertikal, 2008)
Bagikan tausiyah ini kepada
teman-temanmu dengan meng-klik ‘tombol share di bawah’