Rosulullah saw bersabda,
"Sungguh diatas jembatan itu ada tujuh bangunan pos. Jarak diantara dua
pos itu tujuh puluh tahun perjalanan (1 tahun = 1000 tahun dunia). Lebar
jembatan setajam pedang. Akan lewat diatasnya rombongan pertama dari manusia
secepat pandangan mata. Rombongan kedua akan lewat secepat kilat menyambar.
Rombongan ketiga secepat angin. Rombongan keempat secepat burung terbang. Rombongan
kelima secepat kuda. Rombongan keenam secepat lelaki yg berlari kencang.
Rombongan ketujuh akan lewat sambil berjalan. Kemudian tinggallah seorang
lelaki. Dia adalah orang terakhir yang hendak lewat. Dikatakan kepadanya,
"Lewatlah". Maka dia meletakkan kedua telapak kakinya diatas jembatan
itu lalu terpeleset salah satu kakinya. Kemudian dia menaikinya, lalu merangkak
diatas kedua lututnya, sehingga dia terjilat api neraka dari rambutnya sampai
kulitnya".
Beliau saw bersabda, "Tidak
henti-hentinya dia mengesot diatas perutnya. Lalu terpeleset kakinya yang lain,
sehingga dia berjalan dan berpegang dengan tangannya. Dalam keadaan demikian,
dia dijilati api neraka. Dia mengira bahwa dirinya tidak akan selamat dari
titian shirath. Demikianlah dia bergerak terus dengan perutnya, sehingga keluar
dari titian shirath. Apabila dia telah keluar dari titian itu, dia melihatnya
lalu berkata, "Mahasuci Dzat Yang telah menyelamatkanku aku darimu.
Sungguh aku mengira Tuhanku tidak pernah memberikan sesuatu kepada seorang pun
dari orang dahulu maupun orang sekarang, sebagaimana yang telah DIA berikan
kepadaku, bahwa sesungguhnya DIA telah menyelamatkanku, setelah aku melihat dan
melewati titian itu". (al-Ghunyah; Syaikh Abdul Qadir Jailani, 2010)
Bagikan tausiyah ini kepada
teman-temanmu dengan meng-klik ‘tombol share di bawah’