Namun at-tazkiyah tidak hanya memiliki makna penyucian. At-tazkiyah juga memiliki makna an-numuww, yaitu tumbuh. Maksudnya, tazkiyatun nafs itu juga berarti menumbuhkan jiwa kita agar bisa tumbuh sehat dengan memiliki sifat-sifat yang baik/terpuji.
Dari tinjauan bahasa diatas, bisa kita simpulkan bahwa tazkiyatun nafs itu pada dasarnya melakukan dua hal. Pertama, menyucikan jiwa kita dari sifat-sifat (akhlaq) yang buruk/tercela (disebut pula takhalliy – memakai kha’), seperti kufur, nifaq, riya’, hasad, ujub, sombong, pemarah, rakus, suka memperturutkan hawa nafsu, dan sebagainya. Kedua, menghiasinya jiwa yang telah kita sucikan tersebut dengan sifat-sifat (akhlaq) yang baik/terpuji (disebut pula tahalliy – memakai ha’), seperti ikhlas, jujur, zuhud, tawakkal, cinta dan kasih sayang, syukur, sabar, ridha, dan sebagainya.
Mengapa tazkiyatun nafs itu penting?
Setidak-tidaknya ada tiga alasan mengapa tazkiyatun nafs itu penting. Alasan pertama, karena tazkiyatun nafs merupakan salah satu diantara tugas Rasulullah saw diutus kepada umatnya. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Jumu’ah: 2: “Dia-lah
(Allah) yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan
mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Senada dengan itu, Allah SWT juga berfirman dalam QS Al-Baqarah: 151: “Sebagaimana
(Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah mengutus
kepadamu rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu
dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah,
serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Dari kedua ayat diatas, kita bisa mengetahui bahwa tugas Rasulullah saw ada tiga. Pertama, tilawatul aayaat: membacakan ayat-ayat Allah (Al-Qur’an). Kedua, tazkiyatun nafs: menyucikan jiwa. Dan ketiga, ta’limul kitaab wal hikmah: mengajarkan kitabullah dan hikmah.
Jelaslah bahwa salah satu diantara tiga tugas Rasulullah saw adalah tazkiyatun nafs “menyucikan jiwa”. Tazkiyatun nafs
itu sendiri identik dengan penyempurnaan akhlaq, yang dalam hal ini
Rasulullah saw bersabda tentang misi beliau diutus: “Sesungguhnya aku
ini diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Alasan kedua pentingnya tazkiyatun nafs adalah, karena tazkiyatun nafs merupakan sebab keberuntungan (al-falah).
Dan ini ditegaskan oleh Allah SWT setelah bersumpah 11 kali secara
berturut-turut, yang tidaklah Allah bersumpah sebanyak ini secara
berturut-turut kecuali hanya di satu tempat, yaitu dalam QS Asy-Syams:
1-10:
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan
apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam
apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta
penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (potensi) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Kemudian alasan ketiga pentingnya tazkiyatun nafs adalah, karena perumpamaan tazkiyatun nafs
adalah seperti membersihkan dan mengisi gelas. Jika gelas kita kotor,
meskipun diisi dengan air yang bening, airnya akan berubah menjadi
kotor. Dan meskipun diisi dengan minuman yang lezat, tidak akan ada yang
mau minum karena kotor. Tetapi jika gelasnya bersih, diisi dengan air
yang bening akan tetap bening. Bahkan bisa diisi dengan minuman apa saja
yang baik-baik: teh, sirup, jus, dan sebagainya.
Demikian pula dengan jiwa kita. Jika jiwa kita bersih,
siap menampung kebaikan-kebaikan. Tetapi jika jiwa kita kotor, tidak
siap menampung kebaikan-kebaikan sebagaimana gelas kotor yang tidak siap
disi dengan minuman yang baik dan lezat.
Sarana-sarana Penyucian Jiwa
Untuk melakukan tazkiyatun nafs, yang meliputi takhalliy (membersihkan jiwa kita dari akhlaq yang tercela) dan tahalliy (menghiasi jiwa kita dengan akhlaq yang terpuji), kita memerlukan berbagai macam cara atau sarana (wasail), yang kita sebut sebagai wasailut tazkiyah “sarana-sarana penyucian jiwa”. Apakah sarana-sarana itu?
Sarana-sarana itu tidak lain adalah ibadah-ibadah kita:
sholat, shaum, zakat dan infaq, haji, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan
sebagainya. Semua bentuk ibadah tersebut merupakan wasailut tazkiyah – membersihkan jiwa dan menumbuhkan akhlaq yang terpuji.
Sebagai gambaran singkat bagaimana ibadah-ibadah kita
bisa membersihkan jiwa kita, mendidik jiwa kita, dan menumbuhkan akhlaq
yang terpuji, mari kita lihat hakikat ibadah-ibadah tersebut.
Tentang sholat, Allah SWT berkata, “Dan tegakkanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.”
(QS Al-Ankabut: 45). Ternyata, hikmah diperintahkannya sholat adalah
untuk mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar, yang dengan kata
lain berarti membangun akhlaq kita.
Tentang puasa (shaum), Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
yang selama berpuasa tidak mampu menahan diri dari perkataan dan
perbuatan yang buruk serta keji, maka Allah sama sekali tidak butuh dia
meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Al-Bukhari). Beginilah
hakikat puasa, yang tidak lain adalah menahan nafsu kita, dalam rangka
untuk menyucikan nafsu kita dan membangun akhlaq kita.
Tentang zakat, Allah SWT berfirman, “Ambillah dari harta benda mereka bagian zakatnya untuk membersihkan harta benda mereka dan untuk menyucikan jiwa mereka.”
(QS At-Taubah: 103). Inilah ternyata hikmah dari zakat, yaitu untuk
membersihkan harta kita, membersihkan jiwa kita dari sifat kikir dan
menumbuhkan sifat dermawan.
Bahkan tentang infaq dan sedekah secara umum, Allah SWT berfirman, “Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan dirinya.”
(QS Al-Lail: 18). Jelas sekali dalam ayat ini ditegaskan bahwa hikmah
berinfaq dan bersedekah adalah untuk membersihkan diri, menyucikan jiwa.
Kemudian tentang haji, Allah SWT berfirman, “Barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu (yakni bulan-bulan haji)
akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berkata keji dan jorok),
berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.”
(QS Al-Baqarah: 197). Subhanallah, ternyata ibadah hajipun didesain
untuk bisa melatih kita mengendalikan hawa nafsu kita, dalam rangka
untuk menyucikan jiwa kita dan membangun akhlaq kita.
Demikian juga dengan ibadah-ibadah yang lain, tidak lain merupakan wasailut tazkiyah,
seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan sebagainya. Semua bentuk
ibadah tersebut akan membersihkan jiwa dan menumbuhkan akhlaq yang
terpuji
Ref : http://ikadijatim.org/sucikan-jiwa-dengan-ibadah/